Mengenal Sejarah Mataram Dari Museum Kasunanan Surakarta
Keraton Kasunan Surakarta (Dok. Didno) |
Siang itu hujan rintik-rintik
sepanjang perjalanan dari hotel menuju ke Keratonan Kasunanan Surakarta. Tetapi
tidak mengurangi semangat untuk mengunjungi keraton Kasunanan Surakarta yang
memiliki sejarah yang panjang tersebut.
Setelah bertahun-tahun tidak
ke Solo ternyata banyak perubahan dari penataan kota, taman hingga di sekitar
keraton Kasunanan Surakarta. Bila sebelumnya pintu masuk dari alun-alun utara,
sekarang tidak lagi tetapi melalui jalan Supit Urang.
Pintu masuk Keraton Surakarta |
Pada saat sampai di pelataran
Keraton Kasunanan Surakarta, keraton tidak dibuka untuk umum karena masih pandemi.
Tetapi wisatawan masih bisa melihat Museum Keraton Surakarta yang lokasinya
tidak jauh dari Pintu Masuk Keraton.
Tiket masuk ke Museum
Kasunanan Surakarta hanya Rp.15.000/orang, Setiap hari buka dari jam 09.00 - 14.00 hari Jum'at libur. Pada saat ke tempat ini wisatawan harus
mematuhi protokol kesehatan dengan disiapkan keran untuk cuci tangan dan suhu
tubuh pengunjung dicek terlebih dahulu.
Setelah dicek suhu, wisatawan
akan masuk ke ruangan yang berisi berbagai peralatan memasak dari jaman dahulu
seperti kukusan, dandang, kipas dari bambu. Selain itu ada juga peralatan lain
seperti teko, gerabah, lumpang, piring keramik, congklakan, pakaian tradisional
hingga miniatur rumah joglo.
Di ruang berikutnya pengunjung
akan melihat diorama Pangeran Diponegoro, gambar Jenderal KGPH Adipati
Panembahan Djatikusumo. Ada juga peralatan dan senjata baik tradisional atau
modern yang pernah ada dan digunakan baik pada zaman penjajahan Belanda atau
sebelumnya.
Di ruang sebelahnya terdapat
beberapa jolen yang biasa digunakan untuk mengangkut benda-benda sakral dan seseji
pada saat upacara adat. Tidak jauh dari tempat jolen ada kepala kerbau keramat yang
disebut Kiai Slamet. Ada juga seragam prajurit keraton Surakarta yang tersimpan
rapi di lemari.
Selain itu ada juga kereta yang
diberi nama Kyai Morosebo yang bertuliskan tahun 1770, yakni kereta yang
digunakan oleh Pakubuwono III. Tidak
jauh dari kereta Kyai Morosebo terdapat kereta Kyai Groedo, kereta kencana yang
digunakan oleh Sultan dari Kerajaan Surakarta Hadiningrat. Menariknya di kereta
ini sudah ada logo VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) pada zaman penjajahan
Belanda.
Kereta Kiai Moro Sebo |
Di ruang sebelahnya terdapat alat
angkut tradisional yang diangkat oleh beberapa abdi dalem keraton. Alat ini ada
beberapa jenis seperti tandu atau joli jempono yang digunakan untuk mengangkut
putri raja jadi pengantin atau saat bepergian. Ada pula Kremun yakni alat untuk
mengangkut peralatan dari keraton seperti pakaian atau yang lainnya. Serta
gawangan yakni alat yang digunakan untuk menggantungkan sesaji.
Setelah puas mengeliling satu
gedung, kami bergeser ke gedung lainnya. Ada beberapa peralatan seperti
kecohan, tempat rokok, ketel, kendi pratolo, bokor yang terbuat dari bahan
logam.
Ruang sebelahnya terdapat
peralatan yang digunakan acara adat seperti Wilujengan atau Selametan. Tradisi
ini sudah menggunakan doa-doa memakai lafal Islam tetapi kelengkapannya
menggunakan sesaji cara Jawa akulturasi atau percampuran antara Islam dan
budaya Jawa.
Selain itu ada juga Mongasira yakni tongkat yang digunakan oleh khotib atau Imam pada saat Sholat Jumat, tasbih, dan yang menarik ada Al Quran dengan terjemahan bahasa Jawa. Tidak jauh dari tempat tersebut ada beberapa pusaka atau senjata yang dibuat oleh para pandai besi.
Ruangan berikutnya berisi alat-alat
musik seperti rebab dari gading, gong, topeng, alat tayuban, dan lain-lain. Di
sebelahnya terdapat koleksi wayang. Tidak jauh dari lokasi tersebut terdapat
beberapa patung, dan hiasan dinding yang terbuat dari tembaga.
Disebelahnya terdapat patung-patung
mini Hindu dan Budha yang terbuat dari logam dan patung yang terbuat dari batu
yang diletakkan di tengah ruangan. Selain itu ada juga peralatan upacara keagamaan.
Terdapat prasasti yang terbuat dari perunggu.
Prasasti perunggu |
Di ruangan terakhir terdapat singgasana,
mahkota, gambar puteri-puteri dalem keraton
dan sultan kasunanan Surakarta dari Pakubowono I.
Karena tidak bisa masuk ke
dalam keraton, kami hanya bisa mengintip dari celah pintu ke keraton Kasunanan Surakarta.
Tidak jauh dari pintu keluar ada bagian yang menarik yakni Silsilah Dinasti Mataram. Silsilah ini penting bagi generasi muda yang ingin mempelajari sejarah asal mula Kasunanan Surakarta.
Tapi sayangnya di museum ini
sangat minim informasi dari setiap benda yang dipajang di dalam museum Keraton Kasunanan
Surakarta, sehingga pengunjung tidak bisa mengetahui nama benda tersebut dan mengapa
ada di museum tersebut. Semoga ke depannya pihak pengelola menerima masukan
ini. Untuk video lengkapnya silakan lihat videonya di bawah ini :
Get notifications from this blog